Sad Kerthi Living Museum

Sad Kerthi Living Museum adalah ruang terbuka untuk merasakan penyucian diri dan interaksi manusia dengan alam semesta, berlandaskan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi. Sad Kerthi sendiri merupakan enam prinsip luhur yang dianut masyarakat Bali dalam menjalani kehidupan demi menjaga kesucian dan kesejahteraan semesta.
Museum ini berkembang melalui diskusi, penerapan, dan kolaborasi dengan masyarakat di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Yehembang, yang mencakup dua desa: Desa Yehembang Kauh dan Desa Yehembang di Kabupaten Jembrana, Bali. Terletak sekitar 80 km dari Kota Denpasar dan 45 km dari Pelabuhan Gilimanuk, kawasan hilir museum berada di muara Sungai Yehembang, di mana terdapat tempat pemujaan Hindu Siwa-Buda, sebuah sinkretisme ajaran Siwa dan Buda yang telah berkembang sejak sebelum era Majapahit. Sementara itu, kawasan hulu museum meliputi hutan lindung dan hulu Sungai Yehembang, yang dikelola masyarakat adat melalui program perhutanan sosial berbasis kearifan lokal.

Visi dan Misi
Menciptakan harmoni kehidupan melalui kesadaran teologis, humanistis, dan ekologis sebagai satu kesatuan utuh.
Misi
- Preservasi dan konservasi alam
- Transformasi budaya dan nilai-nilai kearifan lokal Bali dalam menjaga keseimbangan alam yang berkelanjutan
- Mengintegrasikan ilmu pengetahuan modern dengan kearifan lokal dalam praktik kehidupan sehari-hari
Sad Kerthi telah menjadi bagian dari kebijakan Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Jembrana, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2023 tentang Pemerintah Provinsi Bali. Meski telah menjadi tradisi masyarakat Hindu Bali, nilai-nilai Sad Kerthi menghadapi tantangan degradasi, sehingga diperlukan upaya pelestarian, salah satunya melalui konsep museum kehidupan ini.
Konsep Sad Kerthi Living Museum
Sad Kerthi Living Museum mengusung tiga konsep utama:
- Rekonstruksi kehidupan masyarakat Bali dalam menerapkan enam nilai utama Sad Kerthi:
- Atma Kerti: Penyucian roh atau jiwa agar tidak mencemari alam semesta.
- Jana Kerti: Penyucian diri—baik fisik, perbuatan, perkataan, dan pikiran—agar memberikan vibrasi positif bagi semesta.
- Samudra Kerti: Pelestarian kebersihan laut dan pantai.
- Wana Kerti: Konservasi dan pelestarian hutan.
- Danu Kerti: Menjaga kebersihan dan kesucian sumber-sumber air, seperti danau dan sungai.
- Jagat Kerti: Menjaga ketenteraman dan kedamaian wilayah, baik lokal maupun nasional.
- Eksplorasi dimensi makna dalam ritual, upacara, dan simbol kehidupan masyarakat Bali sebagai bagian dari perjalanan peradaban.
- Integrasi pengetahuan lokal dan pengalaman praktis untuk menciptakan transformasi budaya yang bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat serta lingkungan.
Dimensi dan Aktivitas Museum
Sad Kerthi Living Museum bukan hanya sekadar tempat pelestarian budaya, tetapi juga memiliki dimensi yang luas, mencakup aspek preservasi, konservasi, edukasi, wisata, hiburan, serta inovasi budaya. Beberapa lokasi utama dalam museum ini meliputi:
- Main Display Gallery & Museum Gallery di Pasraman Siwa-Buda
- Taman Wana Kerthi di Perhutanan Sosial Giri Amertha
- Taman Segara dan Atma Kerthi di Pantai Yehembang
- Taman Danu Kerthi di Pura Taman Tibu Sukeh
- Jana Kerthi Gallery di Pesraman Dharma Ika Yehbuah
- Jagat Kerthi Gallery di Balai Banjar Yehbuah
Strategi Aktivasi dan Kolaborasi
Aktivasi museum dilakukan melalui pendekatan berbasis rantai nilai yang berkelanjutan, dengan fokus pada tiga dimensi utama:
- Lingkungan:
- Penggalian, pendataan, dan pengaplikasian literasi dari manuskrip/lontar serta sumber lapangan.
- Koleksi dan katalogisasi tanaman upakara, tanaman buah, dan tanaman langka.
- Pendidikan nilai-nilai kearifan lokal sejak usia dini.
- Perayaan tradisi lingkungan seperti Tumpek Wariga, Tumpek Kandang, dan Tumpek lainnya.
- Model penggunaan bahan ramah lingkungan.
- Sosial Budaya:
- Konsolidasi dengan berbagai pihak: pemerintah (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bali, Dinas Pariwisata Kabupaten Jembrana), akademisi (Universitas Udayana, Universitas Dwijendra, Stispol Wirabhakti, dll.), bisnis (Bali Tourism Board), komunitas (Indonesia Creative City Network, Junior Chamber International), serta media.
- Membangun budaya kolektif masyarakat melalui kegiatan seperti melukis bersama, pengelolaan pangan bersama, dan pembentukan kelompok sadar wisata serta kelompok tani hutan.
- Menyediakan fasilitas interaksi masyarakat, seperti kegiatan belajar bersama (pesantian), yoga, dan lokakarya budaya.
- Menyelenggarakan seminar kewirausahaan, workshop kreatif, hingga festival budaya seperti Nyurya Sewana di Pura Rambut Siwi.
- Membangun Pusat Pelatihan Petani Perdesaan Swadaya (P4S) Tani Prima untuk mendukung subak dan petani hutan.
- Ekonomi:
- Mengembangkan ekosistem ekonomi berbasis budaya yang melibatkan petani, perajin, pedagang, tukang, seniman, dan pelaku usaha homestay dalam bingkai koperasi.
Dengan pendekatan holistik ini, Sad Kerthi Living Museum menjadi pusat pelestarian budaya dan lingkungan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, demi keberlanjutan kehidupan yang harmonis.